MPI Academia -- Setiap manusia lahir dengan membawa potensi dan merupakan anugerah Allah agar ia mampu berperan dalam kehidupan. Namun, kenyataannya tidak semua potensi berkembang. Sebagian orang terjebak dalam keterbatasan lingkungan, kurangnya dorongan, atau bahkan rasa takut untuk mencoba. Potensi itu pun tetap terpendam, seperti benih subur yang tak pernah tersentuh air hujan. Al-Qur’an mengingatkan, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri” (QS. Ar-Ra’d: 11). Ayat ini menegaskan bahwa perkembangan potensi sangat erat kaitannya dengan usaha dan ikhtiar manusia.
Selain faktor eksternal, hambatan dari dalam diri juga menjadi penghalang. Rasa malas, kurang percaya diri, hingga kegagalan mengelola waktu membuat banyak potensi tidak muncul ke permukaan. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu kesehatan dan waktu luang” (HR. Bukhari). Hadis ini menggambarkan bahwa potensi sering kali hilang sia-sia karena manusia lalai memanfaatkan nikmat yang Allah berikan. Kesehatan dan waktu, jika dikelola dengan baik, dapat menjadi pintu bagi berkembangnya bakat dan kemampuan.
Potensi yang tidak berkembang bukanlah takdir final. Setiap orang punya kesempatan untuk menyalakan kembali api kemampuannya. Lingkungan yang mendukung, tekad kuat, dan bimbingan spiritual mampu menghidupkan potensi yang terpendam. Dalam kehidupan sehari-hari, sekecil apa pun usaha untuk belajar dan berbuat baik akan membuka jalan bagi tumbuhnya kemampuan. Potensi manusia adalah amanah. Jika dirawat dengan sungguh-sungguh, maka ia bukan hanya akan memberi manfaat bagi diri sendiri, tetapi juga menjadi cahaya bagi sesama. (MPIAcademia/2025/09/30)