MPI Academia -- Hidup manusia sejatinya adalah sebuah perjalanan panjang yang dimulai jauh sebelum ia lahir ke dunia. Allah telah menegaskan dalam Al-Qur’an: “"Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik." (QS. Al-Mu’minun: 12–14). Dari sini manusia belajar bahwa awalnya ia hanyalah sesuatu yang lemah, lalu diberi bentuk dan kehidupan oleh Sang Pencipta.
Setelah lahir ke dunia, manusia menjalani fase demi fase kehidupan: kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga tua. Rasulullah ï·º bersabda: “Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini mengingatkan bahwa perjalanan hidup bukan sekadar melewati waktu, melainkan bagaimana mengisinya dengan niat yang lurus dan amal yang bermanfaat. Setiap fase kehidupan adalah ladang untuk menanam kebaikan yang kelak dipanen di akhirat.
Akhir perjalanan hidup manusia adalah kematian, sebuah kepastian yang tidak bisa dihindari. Allah berfirman: “Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh dia memperoleh kemenangan.” (QS. Ali Imran: 185). Kematian bukanlah akhir, melainkan gerbang menuju kehidupan yang kekal. Dari tanah manusia diciptakan, di bumi ia menjalani kisah, dan kepada Allah ia kembali. (MPIAcademia/2025/09/26)