MPI Academia -- Sejak awal penciptaan, manusia memiliki kisah agung yang terhubung langsung dengan tujuan keberadaannya. Al-Qur’an menyebutkan bahwa manusia diciptakan tidak semata-mata untuk hidup di dunia, melainkan mengemban misi penting sebagai khalifah. Allah Swt. berfirman: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 30). Ayat ini menjadi titik tolak bahwa manusia diturunkan bukan tanpa alasan, melainkan untuk membawa peran besar dalam memakmurkan, menjaga, dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya.
Misi manusia di muka bumi mencakup dua dimensi utama: pengabdian kepada Allah dan tanggung jawab sosial terhadap alam serta sesama. Dalam Al-Qur’an ditegaskan: “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56). Pengabdian ini bukan hanya dalam bentuk ibadah ritual, tetapi juga melalui amal nyata yang mencerminkan nilai keadilan, kasih sayang, dan kepedulian. Manusia dituntut untuk menjaga keseimbangan kehidupan, menghindari kerusakan, dan menegakkan kebaikan di muka bumi.
Lebih dari itu, misi manusia juga menyangkut keberlanjutan kehidupan generasi berikutnya. Apa yang kita lakukan hari ini akan menentukan kualitas hidup anak cucu kita di masa depan. Ketika manusia mampu menjalankan perannya dengan penuh kesadaran, bumi akan menjadi tempat yang damai dan penuh berkah. Namun, jika amanah ini diabaikan, kerusakan dan krisis kemanusiaan akan menjadi konsekuensi nyata. Dengan demikian, pertanyaan tentang misi manusia di bumi sesungguhnya mengajak kita untuk merenung: sudahkah kita menjalankan peran sebagai hamba dan khalifah sesuai kehendak-Nya? (MPIAcademia/2025/09/25)