MPI Academia -- Nabi Adam AS adalah manusia pertama yang Allah ciptakan dengan penuh kehormatan. Dari tanah liat, Allah membentuknya, lalu meniupkan ruh ke dalam tubuhnya hingga hidup dan sempurna. Allah berfirman: “Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (QS. Al-Hijr: 29). Sejak awal, Adam diberi anugerah ilmu, akal, dan kemampuan berbicara—keistimewaan yang membedakan manusia dari makhluk lain.
Kehidupan Adam dimulai di surga bersama pasangannya, Hawa. Mereka diberi kebebasan menikmati segala nikmat, kecuali satu larangan: jangan mendekati pohon tertentu. Namun, godaan Iblis membuat mereka tergelincir. Dari peristiwa itu, Adam belajar arti kesalahan dan tanggung jawab. Allah mengajarinya kata-kata taubat, sebagaimana disebutkan: “Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf: 23). Doa itu menjadi simbol bahwa pintu ampunan Allah selalu terbuka.
Diturunkan ke bumi, Adam memikul tugas besar: menjadi khalifah, membangun kehidupan, dan memulai peradaban manusia. Allah berfirman: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 30). Dari dirinya lahir generasi demi generasi hingga umat manusia saat ini. Sosok Adam bukan hanya simbol penciptaan, tetapi juga pengingat bahwa manusia tak lepas dari salah dan lupa. Namun, yang membuat manusia mulia adalah keberanian untuk bangkit, bertobat, dan memperbaiki diri. (MPIAcademia/2025/09/26)