MPI Academia -- Setiap manusia lahir dengan potensi unik yang telah Allah anugerahkan. Dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. At-Tin [95]: 4). Ayat ini mengajarkan bahwa setiap individu memiliki kekuatan, bakat, dan kapasitas yang bisa dikembangkan. Mengenali potensi diri bukan sekadar mencari tahu kemampuan apa yang kita miliki, melainkan juga menyadari bahwa anugerah tersebut merupakan amanah untuk memberikan manfaat bagi orang lain.
Proses mengenali potensi diri membutuhkan kejujuran dan refleksi. Nabi Muhammad ï·º bersabda: “Barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya” (HR. al-Baihaqi). Hadis ini menekankan pentingnya perjalanan inward—mengenal diri, merenungkan kelebihan maupun kelemahan, serta memahami arah hidup. Dalam praktik sehari-hari, ini bisa dilakukan dengan mengevaluasi pengalaman, mencoba hal-hal baru, serta mendengarkan umpan balik dari orang sekitar. Dengan begitu, kita semakin sadar akan jalan yang sesuai dengan fitrah dan bakat yang telah Allah titipkan.
Lebih jauh, potensi diri tidak hanya untuk kebahagiaan pribadi, tetapi juga menjadi jalan kontribusi sosial. Allah mengingatkan dalam QS. Adz-Dzariyat [51]: 56: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” Ayat ini menegaskan bahwa segala potensi sejatinya diarahkan untuk pengabdian kepada Allah, baik melalui ibadah langsung maupun lewat karya nyata yang bermanfaat bagi masyarakat. Dengan memahami potensi diri, manusia tidak hanya menemukan jati dirinya, tetapi juga menjalani kehidupan yang lebih bermakna, penuh keberkahan, dan berdampak positif bagi sesama. (MPIAcademia/2025/10/02)