MPI Academia -- Setiap manusia terlahir dengan segudang potensi yang dititipkan langsung oleh Sang Pencipta. Dalam Q.S. Al-Isra' ayat 70, Allah berfirman, "Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak-anak Adam, dan Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna".
Kemuliaan ini bukanlah status pasif, melainkan sebuah amanah yang menuntut kesadaran untuk menggali dan mengaktualisasikan segala kemampuan yang telah dianugerahkan. Dari sudut pandang humanisme, kepedulian terhadap potensi diri adalah bentuk penghargaan tertinggi terhadap kemanusiaan kita sendiri; sebuah perjalanan untuk menjadi manusia utuh yang berkontribusi bagi peradaban.
Karya ilmiah Anda layak dibaca dunia, ayo terbitkan!
Rasulullah SAW juga mengingatkan dalam sebuah hadits, "Sesungguhnya Allah menyukai ketika seseorang dari kalian berkarya, ia melakukannya dengan itqan (profesional/tepat)." (HR. Al-Baihaqi). Hadits ini menegaskan bahwa kepedulian terhadap potensi harus diwujudkan dalam bentuk action nyata dan penguasaan skill, bukan sekadar angan-angan. Bekerja dengan kesungguhan dan keahlian adalah manifestasi dari syukur atas nikmat akal, fisik, dan bakat yang kita miliki. Dalam kerangka humanisme, proses mengasah potensi inilah yang memberikan makna dan tujuan hidup, mendorong kita untuk terus bertumbuh, berinovasi, dan meninggalkan warisan yang bermanfaat bagi sesama.
Pada akhirnya, mengenali dan mengembangkan potensi adalah panggilan spiritual sekaligus sosial. Ini adalah bentuk pertanggungjawaban kita di hadapan Allah kelak atas segala karunia yang tidak kita biarkan sia-sia. Sebagaimana pesan dalam Q.S. Az-Zumar ayat 39, "Katakanlah, “Wahai kaumku, berbuatlah menurut kedudukanmu! Sesungguhnya aku pun berbuat (demikian). Kelak kamu akan mengetahui."
Ayat ini mengajak kita untuk introspeksi dan aktif berperan sesuai kapasitas yang kita miliki. Dengan demikian, mempedulikan potensi adalah jalan integrasi antara menjadi hamba yang bersyukur dan manusia humanis yang turut memajukan kehidupan bersama, menciptakan harmoni antara pemenuhan diri dan pengabdian kepada masyarakat. (MPIAcademia/2025/10/03)